TIPS MEMBUAT USAHA KONVEKSI

BELAJAR  JADI  DESAINER  KEBAYA

            Satu lagi peluang yang kucoba untuk menjajaki. Setelah survey kecil kecilan, ternyata usaha menjahit masuk dalam hitungan sebagai usaha kecil yang lumayan bisa mendatangkan uang. Dengan bermodal uang tabungan, aku beli 6 buah mesin jahit manual, satu set alat obrass dan satu set pembuat kancing. Aku pasang iklan untuk mencari penjahit yang sudah berpengalaman. Ada beberapa yang datang, dan tanpa tes aku langsung terima bekerja di tempatku. Ya gimana mau ngetes wong aku  ga ngerti urusan jahit menjahit he he he… Bener bener nekat. Maunya nerapkan jurus sarjana ekonomi dan entrepreneurship….” Asal hitungan logis, Ga perlu harus ikut mengerjakan. Biarkan orang lain yang bekerja. Kita tinggal memanage “ Wah….. mantap. Langsung jadi bos bro…
            Jadilah…dalam seminggu aku dah punya usaha Jahit pakaian. “ Mahadewi Taylor “. Kebetulan di Bali di tempatku mau ada upacara agama. Biasanya para remaja putri dan ibu ibu yang masih suka dandan pasti akan jahit kebaya. Memang target awalku adalah menerima pembuatan baju kebaya. Ini juga yang jadi spesifikasi tenaga kerjanya. Bener saja, dalam minggu pertama sudah ada yang datang. Mereka kebanyakan adalah teman teman karyawanku. Aku sih seneng seneng saja. Hari hari berikutnya aku perhatikan kalo karyawanku mulai kewalahan. Aku gak tau penyebabnya. Orang yang datang juga tambah banyak, termasuk orang orang yang datang pertama kali. Aku  memang jarang  ngontrol. Aku dah percayakan kepada mereka untuk bekerjasama, termasuk cara mengelola uang yang masuk. Dalam satu bulan pertama aku mendapatkan pemasukan sebagai hasil usahaku dalam satu bulan. Karyawanku juga sudah mendapatkan gaji sebagai haknya. Rasanya ada harapan kalo bisa berjalan lancer.
            Bulan kedua dan ketiga, rasa rasanya tempat usahaku berjalan stagnan. Tanpa pertambahan yang berarti. Padahal hari raya selalu ada, sehingga  berbanding lurus dengan pembuatan baju baru ( model kain kebaya selalu keluar setiap bulan ). Tapi koq ga mau rame. Malah ada karyawanku yang minta berhenti. Sampai akhir bulan ke enam, karyawanku tinggal satu yaitu yang aku percayakan sebagai penanggung jawab. Pelanggan lama juga ga ada yang kelihatan datang. Akhirnya aku korek informasi darinya. Kenapa usaha yang awalnya berjalan lancer, koq makin hari makin sepi. Dia minta maaf… ternyata dia belum mahir dalam bekerja. Justru dia yang mendapat tugas bagian motong, banyak melakukan kesalahan, sehingga terman yang lain ga bisa jahit secara benar. Banyak pakaian pelanggan yang salah, dan harus ganti rugi kain. Dia ga berani lapor aku karena mencoba untuk bertanggung jawab secara diam diam dengan cara memotong gaji teman karyawannya yang lain. Waduuuuuhhhhh……
Keesokan harinya dia ga datang, besoknya, lusa dah ga bisa dihubungi lagi. Kulihat ada beberapa potong pakaian yang belum dijahit. Karyawan lain dah minggat. Gaswaaat…..Bener juga, ada beberapa pemilik kain yang datang untuk ngambil kebayanya. Aku bingung, ga nemu solusi. Dengan sok yakin aku bilang. Besok bisa diambil, karena karyawanku lagi ijin sehari. Benar saja. Malam itu aku harus bisa selesaikan. Untungnya kasusnya ga begitu sulit. Hanya masang kancing. Jadilah malam itu aku begadang semalaman masang kancing supaya besok kelar. Sementara yang belum dipotong aku kembalikan sama pemiliknya. Yang sudah kepotong aku minta bantuan temanku yang juga punya usaha jahit. Jadi untuk sementara aku bisa bernafas lega.
            Aku penasaran. Apa yang susah untuk buat sepotong kebaya ? Mesin motor yang ribet saja bisa ditangani, masa buat kebaya yang terdiri dari 4 potong kain dibilang susah ? Aku penasaran. Akhirnya aku mulai cari refrensi. Kubeli buku tentang pembuatan pola kebaya. Kubeli materi kain yang murah. Kuambil sebuah kebaya jadi, dan kubuka semua jahitannya sehingga menjadi lembaran seperti gambar pola. Ya… satu minggu tepat aku belajar secara otodidak. Dan selama itu pula aku yakin. Ternyata ga susah untuk buat sepotong kebaya. Hanya perlu ketelitian mengukur, menerapkan rumus pembuatan pola, melipat kain sesuai motifnya, memotong sesuai aturan, dan menjahitnya. Titik.
            Untuk menghilangkan penasaran, akhirnya aku panggil anak anak sekolah yang sudah remaja. Aku minta jadikan dia model buat kebayaku. Dan hasilnya….memuaskan. Karya pertamaku termasuk cukup baik. Nyaman dipakai dan jahitannya rapi. Akhirnya berawal dari keberhasilan itu, aku sanggupi saja permintaan dari anak anak remaja di sekitarku. Bahkan ada teman kantorku yang pengen dibuatin juga. Aku mulai survey lagi, lihat model model baru di tempat upacara, liatin penyiar TV yang lagi make kebaya dan lain lain. Aku juga rajin ke pedagang kain yang jual khusus kain kebaya. Sekalian nawar harga dan lihat model terbaru. Klop Aku pinjam beberapa potong dari penjual, mulai tawarkan dan jahit.
            Karyawan yang pernah minggat akhirnya ada yang kembali. Aku berbagi tugas. Dia bagian ngukur dan jahit. Sementara aku bagian buat pola dan model sampai selesai motong. Sebenarnya ga ada masalah yang berarti. Cuma ketelitian dan tau rahasianya saja.
Kegiatan ini jalan sampai selama 2 tahun. Selama itu juga aku ngerti tentang perputaran model di pasaran, harga kain dan selera orang kebanyakan. Tapi ya itu…aku ga mood jalanin kegiatan ini. Aku memang ga ada hobby. Walaupun termasuk gampang mendatangkan uang, tapi aku kebentur waktu. Ya… pada saat orang lain bisa sembahyang  dengan kebaya barunya, aku masih sibuk berkutat dengan potongan potongan kain yang belum selesai dijahit, bahkan ditunggui oleh pemiliknya. Aku juga seringan ga bisa menjalankan ibadahku karena justru pembuatan kebaya rame pada saat menjelang hari raya.
Supaya ga terus terusan dilemma, aku tutup dengan resmi usahaku. Semua alatku aku jual. Ilmu pembuatan kebaya aku tularkan pada karyawanku yang masih aktif. Aku serahkan pilihan pada mereka. Kini beberapa diantara mereka masih aktif menjahit di tempatnya masing masing. Sedangkan aku ya….sibuk nyoba hobby yang lain.
           


Komentar

Postingan populer dari blog ini